Yudhisthira
mencapai surga
Tekanan batin selama
beberapa hari ini telah terlalu berat menekan Arjuna. Ia telah disadarkan diri
dengan air wangi. Arjuna siuman. Dengan tangisan yang mengguncang tubuhnya, ia
memberitahu mereka bagaimana ia membakar mayat Balarama, Satyaki dan Krsna. Ia
memeberitahu mereka segalanya. Ia memberitahukan mereka mengenai lautan yang
telah memasuki kota Dvaraka. Cerita para perampok dan gagalnya Gandiva
menakut-nakuti perampok jalanan adalah tragedi yang terakhir. Lima bersaudara
itu terdiam. Mereka semua memikirkan hal yang sama. Arjuna memberitahu mereka
tentang mimpi ketika Krsna mengucapkan selamat tinggal padanya. Air-mata mereka
tidak mengalir lagi. Segalanya dalam diri mereka telah mati seketika itu juga
ketika mereka mendengar tentang kematian Krsna. Tidak ada yang tersisa di dunia
ini yang membuat mereka ingin bertahan hidup. Tidak ada artinya hidup di dunia
ini lagi. Mereka sudah tidak tertarik pada apapun.
Yudhisthira berkata:
“Arjuna, dalam cerek waktu kita telah meleleh hingga kita kehilangan diri kita
sendiri. Sekarang waktunya bagi kita untuk meleleh dan kehilangan diri kita
sendiri. Kita telah kehilangan segalanya yang kita sayangi. Dengan kematian
Krsna hidup kita juga harus berakhir”. Arjuna berkata: “Ya, tuanku. Waktulah
yang merupakan pemenang yang sebenarnya”. Mendengar kata-kata Yudhisthira dan
Arjuna, Nakula, Sahadeva dan Bhima setuju dengan mereka. Pandava memutuskan
untuk meninggalkan dunia ini dan mempersiapkan perjalanan terakhir. Yudhisthira
membuat semua persiapan yang dibutuhkan. Ia menobatkan Pariksit sebagai raja.
Yuyutsu mengumumkan kepada rakyat bahwa mereka memutuskan untuk menarik diri
dari segalanya dan mempersiapkan perjalanan mereka ke surga. Tidak ada
seorangpun yang bisa menghentikan mereka. Keputusan mereka sudah tetap.
Pandava bersiap-siap
untuk melakukan perjalanan yang besar
ini. Memakai pakaian dari kulit kayu dan rusa, mereka berdiri di depan istana
mengucapkan selamat tinggal untuk terakhir kalinya pada rakyat. Draupadi,
memakai pakain dari kulit kayu dan tanpa mengenakan permata dan sutera, berdiri
di sampingnya. Seluruh rakyat menangis. Pandava terlihat sama seperti beberapa
tahun yang silam, ketika mereka mengungsikan diri dari Hastinapura. Tetapi
sekarang berbeda. Kedamaian yang aneh telah memasuki jiwa mereka. Wajah mereka
bersinar dengan cahaya yang berasal dari dalam diri mereka. Mereka mengucapkan
selamat tinggal pada Hastinapura dan pergi.
Pertama kali mereka
pergi ke kota Dvaraka. Mereka melihat kota yang tenggelam di bawah air. Mereka
berdiri di tepi pantai. Mereka melihat kota yang tenggelam di bawah air. Dengan
melihat lautan itu mimpi mereka seperti berbicara pada mereka: mimpi mereka
tentang masa lalu. Ketika mereka tenggelam dalam masa lalu, Agni muncul di
depan mereka. Ia berkata: “Arjuna, kau masih memiliki Gandiva dan tempat panah
itu. Aku mendapatkannya dari Varuna untukmu. Kembalikanlah pada Varuna”. Hati
Arjuna sangat sedih. Ia mengambil Gandiva dan tempat busurnya. Ia melakukan
pradaksina pada mereka dan dengan air mata bercucuran ia membuang senjata itu
ke lautan.
Pandava mengadakan
perjalanan ke utara. Dengan segera mereka sampai ke jajaran pegunungan: Himavan
yang agung. Mereka menyeberangi pegunungan itu. Mereka menuju ke gunung Meru.
Saat mereka berjalan, Draupadi tewas. Ini adalah kejadian yang mengerikan.
Bhima terdiam karena keterkejutannya. Ia menenangkan diri dan bertanya pada
Yudhisthira mengapa Draupadi yang tidak berdosa harus tewas. Yudhisthira berkata:
“Bhima, walapun kita semua adalah suaminya ia lebih sayang pada Arjuna. Itulah satu-satunya
dosa yang ia lakukan. Tetapi selain itu ia memiliki hati yang suci. Itulah
alasan mengapa ia sampai sejauh ini”. Mereka meninggalkan Draupadi dan melanjutkan perjalanan. Sahadeva adalah orang
berikutnya yang tewas. Itu karena ia bangga pada kebijaksanaannya sehingga ia
harus tewas, kata Yudhisthira. Nakula adalah orang berikutnya yang tewas.
Yudhisthira memberitahu Bhima bahwa ia mabuk karena ketampanannya. Setelah itu
giliran Arjuna. Bhima diberitahu bahwa Arjuna harus tewas karena ia telah
bersumpah untuk membunuh semua musuhnya sendiri. Ia telah menghina para
ksatriya agung lainnya dengan kata-katanya itu. Itu alasan untuk kematiannya.
Mereka melanjutkan perjalanan itu lagi. Bhima adalah orang terakhir yang tewas.
Ia memanggil Yudhisthira: “Mengapa aku harus mati? Apa yang telah aku lakukan,
yang mulia?” Yudhisthira berkata: “Bhimaku yang tercinta, kau adalah yang
paling aku sayangi. Tetapi satu-satunya kesalahan yang bisa aku temukan pada
dirimu adalah: kau menyombongkan kekuatanmu. Kau juga orang yang rakus. Kalau
tidak, tidak ada seorangpun yang seperti dirimu di seluruh dunia ini, Bhima”.
Yudhisthira terus berjalan dan terus, sendiri ia mengejar kedamaian.
Sejak mereka
meninggalkan Hastinapura, seekor anjing telah mengikuti Pandava. Anjing itu
ikut bersama rombongan sampai akhir perjalanan. Saudara-saudara Yudhisthira
telah tewas dan ratu mereka juga telah tewas. Tetapi anjing ini masih bersama
Yudhisthira. Ia telah mencapai perjalanan yang terakhir. Yudhisthira melihat
cahaya aneh yang bersinar disekitarnya. Ia melihat Indra menghampiri dengan
keretanya. Indra turun dari keretanya dan mendekati Yudhisthira. Ia berkata:
“Yudhisthira, kau harus naik kereta ini. Akulah yang mengendarainya sebagai
tanda kehormatan. Ikutlah aku ke ke surga”. Yudhisthira tidak ingin pergi ke
surga tanpa saudara-saudaranya dan tanpa Draupadi. Ia berkata: “Saudaraku dan
Draupadi yang tercinta mengawali perjalanan ini bersamaku. Mereka semua telah
tewas. Tubuh mereka telah ditinggalkan dan aku tidak tahu kemana mereka telah
pergi. Terkecuali mereka semua ikut bersamaku, aku tidak akan ikut bersamaku”.
Indra tersenyum padanya dan berkata: “Yudhisthira mereka juga telah pergi ke
surga. Mereka telah melepaskan tubuh manusia mereka. Tetapi kau telah diminta
untuk ikut bersama. Kau telah diberikan anugerah untuk memasuki kediaman para
dewa dengan tubuh manusiamu”. Yudhisthira berkata: “Aku merasa sangat
terhormat, tuanku, dengan kedatanganmu. Sekarang kau telah meyakinkan aku bahwa
aku akan bertemu dengan orang-orang yang aku sayangi, aku siap untuk pergi ke
surga bersamamu”.
“Ijinkanlah
aku membawa anjing ini bersamaku. Anjing ini sudah bersamaku sejak aku meninggalkan
Hastinapura”. Indra tersenyum pada mereka dan kecintaannya pada anjing itu. Ia
berkata: “Yudhisthira, kau telah dianugerahkan keabadian. Kau dan aku sama. Kau
adalah orang yang paling beruntung di dunia. Janganlah kehilangan kesempatan
ini karena sayangmu pada anjing itu. Tidak ada tempat bagi seekor anjing di
surga. Tinggalkanlah anjing itu dan ikutlah bersamaku”. Yudhisthira
menggelengkan kepalanya. Ia berkata: “ Yang mulia, kau memintaku melakukan
sesuatu yang tidak bisa aku lakukan. Selama ini anjing ini telah berbagi duka
denganku. Anjing ini sangat berbhakti padaku. Aku tidak bisa meninggalkan
anjing ini”. Indra berkata: “kau sangat bodoh. Kau sudah nyaris sampai ke surga
dan kau masih dipengaruhi oleh perasaan manusia. Aku tidak bisa membawa anjing
ini dengan keretaku”. Yudhisthira berkata: “semua tindakanku ini yang telah
membuat aku mendapatkan surga akan hancur jika aku bertindak tanpa cinta-kasih
pada anjing ini. Sudah menjadi peraturan untuk tidak meninggalkan siapapun yang
bergantung padaku. Anjing ini bergantung padaku. Aku tidak bisa meninggalkannya
dan pergi”. Indra berkata: “Kau telah mengabaikan semua saudaramu dan ratumu.
Apakah anjing ini lebih kau sayangi?” Yudhisthira berkata: “ Mereka semua telah
mati. Aku tidak bisa menghidupkan mereka. Aku tidak akan meninggalkan mereka
jika mereka masih hidup. Tetapi anjing ini masih hidup. Aku tida bisa
meninggalkannya. Aku tidak akan memasuki surga kecuali diijinkan untuk membawa
anjing ini bersamaku. Itulah yang pasti”.
Anjing ini sekarang
telah berubah wujud. Anjing itu berubah wujud menjadi ayahnya, Dharma. Ia
berkata: “Putraku, aku bangga padamu. Cinta kasihmu telah mengambil hatiku.
Suatu kali, di Dvaitavana ketika kau diuji dihadapan saudara-saudaramu yang
telah tewas, aku menguji kebenaran dalam dirimu. Kau lulus ujian itu saat kau
meminta agar Nakula yang dihidupkan. Lagi, aku telah mengujimu. Pergilah
bersama dengan Indra ke surga yang telah berhasil kau dapatkan”. Tempat itu
sekarang dipenuhi dengan penghuni surga. Mereka telah datang untuk melihat orang
pertama yang berhasil mencapai surga dengan tubuh mereka. Ini belum pernah
terjadi sebelumnya. Narada berkata: “Yudhisthira, kau sekarang akan bertemu
dengan para leluhurmu, para raja yang agung, yang pernah memerintah bumi
sebelum dirimu, semuanya ada disini. Kau bisa bersama dengan mereka”.
Yudhisthira berkata: “Aku merasa sangat terhormat dengan kata-katamu itu, yang
mulia”. Yudhisthira menaiki kereta Indra yang agung.
Dikutip
dari:
Kitab
Itihasa Mahabharata terbitan Paramita Surabaya 2004 oleh Kamala Subramaniam