Selasa, 23 Oktober 2012

Itihasa Mahabarata



Yudhisthira mencapai surga
                        Tekanan batin selama beberapa hari ini telah terlalu berat menekan Arjuna. Ia telah disadarkan diri dengan air wangi. Arjuna siuman. Dengan tangisan yang mengguncang tubuhnya, ia memberitahu mereka bagaimana ia membakar mayat Balarama, Satyaki dan Krsna. Ia memeberitahu mereka segalanya. Ia memberitahukan mereka mengenai lautan yang telah memasuki kota Dvaraka. Cerita para perampok dan gagalnya Gandiva menakut-nakuti perampok jalanan adalah tragedi yang terakhir. Lima bersaudara itu terdiam. Mereka semua memikirkan hal yang sama. Arjuna memberitahu mereka tentang mimpi ketika Krsna mengucapkan selamat tinggal padanya. Air-mata mereka tidak mengalir lagi. Segalanya dalam diri mereka telah mati seketika itu juga ketika mereka mendengar tentang kematian Krsna. Tidak ada yang tersisa di dunia ini yang membuat mereka ingin bertahan hidup. Tidak ada artinya hidup di dunia ini lagi. Mereka sudah tidak tertarik pada apapun.
                        Yudhisthira berkata: “Arjuna, dalam cerek waktu kita telah meleleh hingga kita kehilangan diri kita sendiri. Sekarang waktunya bagi kita untuk meleleh dan kehilangan diri kita sendiri. Kita telah kehilangan segalanya yang kita sayangi. Dengan kematian Krsna hidup kita juga harus berakhir”. Arjuna berkata: “Ya, tuanku. Waktulah yang merupakan pemenang yang sebenarnya”. Mendengar kata-kata Yudhisthira dan Arjuna, Nakula, Sahadeva dan Bhima setuju dengan mereka. Pandava memutuskan untuk meninggalkan dunia ini dan mempersiapkan perjalanan terakhir. Yudhisthira membuat semua persiapan yang dibutuhkan. Ia menobatkan Pariksit sebagai raja. Yuyutsu mengumumkan kepada rakyat bahwa mereka memutuskan untuk menarik diri dari segalanya dan mempersiapkan perjalanan mereka ke surga. Tidak ada seorangpun yang bisa menghentikan mereka. Keputusan mereka sudah tetap.
                        Pandava bersiap-siap untuk melakukan perjalanan  yang besar ini. Memakai pakaian dari kulit kayu dan rusa, mereka berdiri di depan istana mengucapkan selamat tinggal untuk terakhir kalinya pada rakyat. Draupadi, memakai pakain dari kulit kayu dan tanpa mengenakan permata dan sutera, berdiri di sampingnya. Seluruh rakyat menangis. Pandava terlihat sama seperti beberapa tahun yang silam, ketika mereka mengungsikan diri dari Hastinapura. Tetapi sekarang berbeda. Kedamaian yang aneh telah memasuki jiwa mereka. Wajah mereka bersinar dengan cahaya yang berasal dari dalam diri mereka. Mereka mengucapkan selamat tinggal pada Hastinapura dan pergi.  
                        Pertama kali mereka pergi ke kota Dvaraka. Mereka melihat kota yang tenggelam di bawah air. Mereka berdiri di tepi pantai. Mereka melihat kota yang tenggelam di bawah air. Dengan melihat lautan itu mimpi mereka seperti berbicara pada mereka: mimpi mereka tentang masa lalu. Ketika mereka tenggelam dalam masa lalu, Agni muncul di depan mereka. Ia berkata: “Arjuna, kau masih memiliki Gandiva dan tempat panah itu. Aku mendapatkannya dari Varuna untukmu. Kembalikanlah pada Varuna”. Hati Arjuna sangat sedih. Ia mengambil Gandiva dan tempat busurnya. Ia melakukan pradaksina pada mereka dan dengan air mata bercucuran ia membuang senjata itu ke lautan.
                        Pandava mengadakan perjalanan ke utara. Dengan segera mereka sampai ke jajaran pegunungan: Himavan yang agung. Mereka menyeberangi pegunungan itu. Mereka menuju ke gunung Meru. Saat mereka berjalan, Draupadi tewas. Ini adalah kejadian yang mengerikan. Bhima terdiam karena keterkejutannya. Ia menenangkan diri dan bertanya pada Yudhisthira mengapa Draupadi yang tidak berdosa harus tewas. Yudhisthira berkata: “Bhima, walapun kita semua adalah suaminya ia lebih sayang pada Arjuna. Itulah satu-satunya dosa yang ia lakukan. Tetapi selain itu ia memiliki hati yang suci. Itulah alasan mengapa ia sampai sejauh ini”. Mereka meninggalkan Draupadi dan  melanjutkan perjalanan. Sahadeva adalah orang berikutnya yang tewas. Itu karena ia bangga pada kebijaksanaannya sehingga ia harus tewas, kata Yudhisthira. Nakula adalah orang berikutnya yang tewas. Yudhisthira memberitahu Bhima bahwa ia mabuk karena ketampanannya. Setelah itu giliran Arjuna. Bhima diberitahu bahwa Arjuna harus tewas karena ia telah bersumpah untuk membunuh semua musuhnya sendiri. Ia telah menghina para ksatriya agung lainnya dengan kata-katanya itu. Itu alasan untuk kematiannya. Mereka melanjutkan perjalanan itu lagi. Bhima adalah orang terakhir yang tewas. Ia memanggil Yudhisthira: “Mengapa aku harus mati? Apa yang telah aku lakukan, yang mulia?” Yudhisthira berkata: “Bhimaku yang tercinta, kau adalah yang paling aku sayangi. Tetapi satu-satunya kesalahan yang bisa aku temukan pada dirimu adalah: kau menyombongkan kekuatanmu. Kau juga orang yang rakus. Kalau tidak, tidak ada seorangpun yang seperti dirimu di seluruh dunia ini, Bhima”. Yudhisthira terus berjalan dan terus, sendiri ia mengejar kedamaian.
                        Sejak mereka meninggalkan Hastinapura, seekor anjing telah mengikuti Pandava. Anjing itu ikut bersama rombongan sampai akhir perjalanan. Saudara-saudara Yudhisthira telah tewas dan ratu mereka juga telah tewas. Tetapi anjing ini masih bersama Yudhisthira. Ia telah mencapai perjalanan yang terakhir. Yudhisthira melihat cahaya aneh yang bersinar disekitarnya. Ia melihat Indra menghampiri dengan keretanya. Indra turun dari keretanya dan mendekati Yudhisthira. Ia berkata: “Yudhisthira, kau harus naik kereta ini. Akulah yang mengendarainya sebagai tanda kehormatan. Ikutlah aku ke ke surga”. Yudhisthira tidak ingin pergi ke surga tanpa saudara-saudaranya dan tanpa Draupadi. Ia berkata: “Saudaraku dan Draupadi yang tercinta mengawali perjalanan ini bersamaku. Mereka semua telah tewas. Tubuh mereka telah ditinggalkan dan aku tidak tahu kemana mereka telah pergi. Terkecuali mereka semua ikut bersamaku, aku tidak akan ikut bersamaku”. Indra tersenyum padanya dan berkata: “Yudhisthira mereka juga telah pergi ke surga. Mereka telah melepaskan tubuh manusia mereka. Tetapi kau telah diminta untuk ikut bersama. Kau telah diberikan anugerah untuk memasuki kediaman para dewa dengan tubuh manusiamu”. Yudhisthira berkata: “Aku merasa sangat terhormat, tuanku, dengan kedatanganmu. Sekarang kau telah meyakinkan aku bahwa aku akan bertemu dengan orang-orang yang aku sayangi, aku siap untuk pergi ke surga bersamamu”.
                                “Ijinkanlah aku membawa anjing ini bersamaku. Anjing ini sudah bersamaku sejak aku meninggalkan Hastinapura”. Indra tersenyum pada mereka dan kecintaannya pada anjing itu. Ia berkata: “Yudhisthira, kau telah dianugerahkan keabadian. Kau dan aku sama. Kau adalah orang yang paling beruntung di dunia. Janganlah kehilangan kesempatan ini karena sayangmu pada anjing itu. Tidak ada tempat bagi seekor anjing di surga. Tinggalkanlah anjing itu dan ikutlah bersamaku”. Yudhisthira menggelengkan kepalanya. Ia berkata: “ Yang mulia, kau memintaku melakukan sesuatu yang tidak bisa aku lakukan. Selama ini anjing ini telah berbagi duka denganku. Anjing ini sangat berbhakti padaku. Aku tidak bisa meninggalkan anjing ini”. Indra berkata: “kau sangat bodoh. Kau sudah nyaris sampai ke surga dan kau masih dipengaruhi oleh perasaan manusia. Aku tidak bisa membawa anjing ini dengan keretaku”. Yudhisthira berkata: “semua tindakanku ini yang telah membuat aku mendapatkan surga akan hancur jika aku bertindak tanpa cinta-kasih pada anjing ini. Sudah menjadi peraturan untuk tidak meninggalkan siapapun yang bergantung padaku. Anjing ini bergantung padaku. Aku tidak bisa meninggalkannya dan pergi”. Indra berkata: “Kau telah mengabaikan semua saudaramu dan ratumu. Apakah anjing ini lebih kau sayangi?” Yudhisthira berkata: “ Mereka semua telah mati. Aku tidak bisa menghidupkan mereka. Aku tidak akan meninggalkan mereka jika mereka masih hidup. Tetapi anjing ini masih hidup. Aku tida bisa meninggalkannya. Aku tidak akan memasuki surga kecuali diijinkan untuk membawa anjing ini bersamaku. Itulah yang pasti”.  
                        Anjing ini sekarang telah berubah wujud. Anjing itu berubah wujud menjadi ayahnya, Dharma. Ia berkata: “Putraku, aku bangga padamu. Cinta kasihmu telah mengambil hatiku. Suatu kali, di Dvaitavana ketika kau diuji dihadapan saudara-saudaramu yang telah tewas, aku menguji kebenaran dalam dirimu. Kau lulus ujian itu saat kau meminta agar Nakula yang dihidupkan. Lagi, aku telah mengujimu. Pergilah bersama dengan Indra ke surga yang telah berhasil kau dapatkan”. Tempat itu sekarang dipenuhi dengan penghuni surga. Mereka telah datang untuk melihat orang pertama yang berhasil mencapai surga dengan tubuh mereka. Ini belum pernah terjadi sebelumnya. Narada berkata: “Yudhisthira, kau sekarang akan bertemu dengan para leluhurmu, para raja yang agung, yang pernah memerintah bumi sebelum dirimu, semuanya ada disini. Kau bisa bersama dengan mereka”. Yudhisthira berkata: “Aku merasa sangat terhormat dengan kata-katamu itu, yang mulia”. Yudhisthira menaiki kereta Indra yang agung.
Dikutip dari:
Kitab Itihasa Mahabharata terbitan Paramita Surabaya 2004 oleh Kamala Subramaniam